CATATAN-Menilik Kembali ‘Pengorbananku'
CATATAN ‘IEDUL ADHA 1432 H
Menilik Kembali ‘Pengorbananku’
by Lala di Batas Maya
Takbir
telah dikumandangkan semalaman hingga pagi ini. Orang-orang beramai-ramai
melangkahkan kaki ke tempat-tempat penyelenggaraan sholat Ied, termasuk aku.
Masjid yang ku tuju dekat dengan rumah, jadi tidak membutuhkan waktu lama untuk
ke sana. Timbul pertanyaan dalam hatiku. Di mana bentuk pengorbananku?
Sudah
22 tahun usiaku dan setahun lebih masa kerjaku, tetapi belum sekalipun aku ikut
‘menyumbangkan darah’ untuk Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Lembar demi lembar yang ku dapat ibarat segelas air yang jatuh
di gersang pasir. Semua hilang tanpa sisa. Untuk urusan mata, perut, dan dahaga
sosialita. Terbersit pertanyaan dalam kepalaku, pengorbanan harta macam apa
yang bisa aku pertanggungjawabkan pada-Nya?
Takbir
berkumandang silih berganti dengan pengumuman bahwa sholat ‘Ied akan segera
dilaksanakan. Jama’ah di masjid telah berdatangan. Sebagian masih berdiri
mengantri shof untuk sholat. Setelah semua berdiri dan merapatkan barisan, mulai
terlihat ruang kosong untuk menambah shof. Kembali timbul pertanyaan dalam
diriku, sudahkah ku korbankan keluanganku untuk jama’ah Islam?
Rukun
demi rukun mulai dilaksanakan mengikuti gerakan imam. Anak-anak sampai orang
tua khusyuk dalam diam. Hingga sampai waktu khotbah. Lima menit berlalu, semua
masih terpaku, sepuluh menit kemudian beberapa mulai gelisah. Beberapa mulai
terkantuk-kantuk. Sungguh mengherankan bagiku. Banyak orang menghabiskan
berjam-jam untuk tv tanpa bosan, tetapi sulit mempertahankan antusiasme dalam
sedikit waktu untuk mengikuti pembelajaran.
Hewan-hewan
mulai gelisah. Tidak ada air di dekat mereka. Mungkin panitia lupa. Ironisnya,
ada seekor kambing yang kulihat meminum air seninya sendiri.
Saat
tiba waktu penyembelihan, ada kesalahan yang dilakukan oleh panitia kurban.
Seekor kambing terakhir didekatkan pada tempat penyembelihan. Kambing itu pun
mengembik sangat lirih sambil memberontak. Kambing itu seperti menangis.
Sungguh miris.
Satu
pelajaran terakhir hari ini, untukku. Jika nurani hewan saja tergerak saat
melihat temannya tersakiti, mengapa aku masih merasa biasa saja melihat
saudara-saudara seiman yang terbunuh di Palestina?
‘Adakah pengorbanan yang telah ku lakukan?’
Komentar
Posting Komentar