DARI SEKOLAH KE RUMAH

Rasulullah SAW bersabda,"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Saat ini banyak orang tua mengupayakan untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah berbasis agama. Meskipun harus menganggarkan dana yang tidak sedikit, para orang tua bertekad menitipkan pendidikan agama untuk anak mereka di sekolah Islam.

Sekolah seharusnya menjadi tempat pendidikan kedua untuk anak. Allah telah menasbihkan seorang ibu sebagai madrasatul aula. Oleh karenanya tidak sepatutnya menyerahkan secara pasrah kepada sebuah lembaga. 

Lembaga pendidikan tentu telah memiliki kurikulum seuai visi yang ingin dicapai. Termasuk karakter anak didik yang diinginkan sebagai wujud keberhasilan pendidikan di lembaga tersebut. Namun, seringkali ditemui karakter peserta didik belum memenuhi tuntutan visi sekolah.

Hal ini tidak terlepas dari proses pendidikan di rumah. Mendidik anak yang sudah baik dari keluarga yang baik pula akan membantu terwujudnya output peserta didik yang sesuai harapan. Lain halnya jika anak sudah diajari secara maksimal oleh para pendidik di sekolah tetapi tidak memperoleh pendampingan lebih lanjut di rumah. Ilmu yang diserap oleh peserta didik bisa jadi hanya tertinggal di buku catatan dan tidak terserap dalam berperilaku sehari-hari.

Oleh karena itu, diperlukan kesinambungan dalam mendidik anak. Orang tua tidak boleh berlepas tangan meskipun telah menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan terbaik. Selain proses kontrol yang terbatas, penyerapan ilmu pada jenjang pendidikan dasar lebih membutuhkan contoh nyata dari orang-orang terdekat. Keluarga memiliki peran penting dalam hal ini.

Kesinambungan pendidikan dari sekolah ke rumah dapat diwujudkan dengan beberapa cara. Pertama, menanyakan kepada anak hal-hal apa saja yang dipelajari di sekolah di hari yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk memanggil kembali memori pembelajaran yang diserap di sekolah. Kedua, menerapkan aturan yang sama di rumah meskipun sekolah libur. Misalnya tetap membiasakan sholat berjamaah dan tepat waktu dalam menjalankan aktifitas harian. 

Penting untuk membuat pola kebiasaan sejak dini. Pola kebiasaan yang terbentuk akan membantu menguatkan karakter anak. Sebelum kebiasaan buruk melekat pada anak, dibutuhkan ketegasan dan kontinyuitas aturan untuk mencetak anak yang berakhlakul karimah.

Kerjasama antara pihak sekolah dengan keluarga di rumah insyaallah akan membantu anak-anak mendapat kebutuhan akan ilmu dan membuat mereka siap secara mental membangun masa depan. Allahu a'lam. (Winas Nazula)

Komentar

  1. Bahkan sekolah harusnya sifatnya hanya membantu orang tua dalam mendidik sang buah hati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Keterlibatan orang tua menjadi komoditas langka meskipun teknologi semakin maju.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer